Kamis, 31 Maret 2016

PART 1 : GOES TO BUTON, SULAWESI TENGGARA INDONESIA

16 Januari 2016 untuk pertama kali nya aku melangkahkan kaki ku keluar pulau Jawa. Dengan menggunakan kapal KM TIDAR dari pelabuhan Tanjung Perak Surabaya menuju Bau-Bau Sulawesi Tenggara, Indonesia. Hal itu pun menjadi pengalaman perdana ku menyisir lautan lepas berhari-hari tanpa signal dan gadget tentunya. Ditemani oleh deburan ombak dan sekali-kali burung terbang melintasi kapal kami dengan bebas. Indah.
Perjalanan kali ini aku tidak sendiri, ditemani oleh teman, sabahat, sekaligus kaka bagiku ;Andini Claudia.Kami dipertemukan di Universitas yang sama, singkat cerita kami dekat dan liburan semester pun aku putuskan untuk mengunjungi tanah kelahiranya di Buton, Sulawesi Tenggara Indonesia. Tidak hanya Andini, perjalanan kami pun semakin berwarna saat kami bertemu dengan teman yang berasal dari BauBau. Tanpa direncanakan sebelumnya kami dipertemukan dengan Reza yang kebetulan menempuh pendidikan di Universitas yang sama dengan kami. Dan perjalanan pun menjadi lebih menyenangkan!
(Me, Andini and Reza)


Ini merupakan suasana di dalam Kapal KM TIDAR. Terdapat 6 dek dalam kapal ini.
Suasana kamar kelas III Kapal KM TIDAR.
Terdapat 3 kelas dalam kapal ini, terdiri dari kelas I, kelas II dan kelas III. Semakin kecil kelas yang kita pilih, maka semakin mahal pula biaya harus dikeluarkan. Tidak hanya kelas I,II & III, namun kapal ini juga memiliki kelas ekonomi untuk para penumpang yang memilih untuk  menghemat biaya perjalanan.
Ini merupakan suasana kelas ekonomi, dimana penumpang diberikan ruang bebas dengan kasur-kasur yang berjejer yang tidak tertutup seperti kamar yang berkelas. Tidak sedikit pula penumpang yang memilih tidur di depan kantor informasi ataupun dek-dek yang kosong dengan beralaskan tikar yang mereka bawa ataupun yang mereka beli saat di atas kapal.
Anyway, foto ini diambil pada saat pengambilan makan malam dan kita harus bersabar untuk antri bersama penumpang  ekonomi lainnya. Berbeda dengan penumpang kelas I, II ataupun kelas III dimana mereka disediakan ruangan makan yang lebih nyaman tentunya. Ditambah dengan adanya kebebasan untuk memilih menu yang mereka inginkan dan porsinya pun lebih banyak dari penumpang kelas ekonomi. Sedangkan kami, penumpang ekonomi sudah di paketkan dan satu orang hanya boleh mengambil satu makanan dengan memperlihatkan tiket kapal. 
Akan tetapi ada hal yang menarik dari perjalan saya kali ini. Jujur, modal yang saya miliki pada saat itu hanya Rp.200.000. Dimana untuk membeli tiket kelas ekonomi pun tidak cukup. Kebetulan sebelum keberangkatan, kampus menyelenggarakan penyeleksian untuk mudik promosi. Dimana ada kebijakan berupa bantuan sejumlah uang untuk mahasiswa yang hendak pulang kampung dengan catatan mempromosikan UMY di tempat tinggalnya tersebut. Dengan mengikuti penyeleksian berkas, singkat cerita berkas yang saya ajukan lolos. Maka uang tersebut saya gunakan untuk menambah biaya pembelian tiket kapal. Meskipun modal nekat dan bismillah maka berangkatlah saya dengan tiket ekonomi ditangan.
Ternyata keberuntungan tetap memihak saya pada saat itu. Meskipun saya hanya memiliki tiket ekonomi, tapi saya bisa tidur nyenyak di kamar kelas III. Dimana ada strategi politik yang saya dan Andini lakukan untuk tetap tinggal dengan nyaman haha.

Setelah satu hari satu malam kami di atas kapal, ditemani oleh bintang-bintang dan angin yang bertiup kencang setiap malam. Maka tibalah kami di pelabuhan makasar untuk menaikan barang-barang maupun penumpang yang hendak berangkat ke daerah Timur. Pada saat itu tepat pukul 3 pagi kami bersandar di Pelabuhan Makassar, dan hal itu sangat kami manfaatkan untuk mencoba makanan khas Makassar yaitu Coto Makassar yang begitu nikmat dan sayang  untuk dilewatkan.
(Suasana Pelabuhan Makasar. Btw, that's our ship KM TIDAR)



Coto Makassar (So delicious!!1)





Setelah 2 jam bersandar, maka kapal pun melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan BauBau. Tepat dua hari setelah itu, tepatnya tanggal 19 Januari 2016 pukul 20.00 WIT kami tiba di pelabuhan Bau-Bau dan langsung disambut oleh keluarga kak Andini yang super super ramah, baik dan seru haha. Kami pun langsung diajak ketempat makan yang paling mahal dan terkenal seantero Bau-Bau dengan makanan yang paling khas dan enak tentunya, yaitu Ikan Parende. Sejenis ikan berkuah dengan cita rasa yang khas dan hanya bisa ditemukan di Bau-Bau, Sulawesi Tenggara. Jadi buat temen-temen yang mau coba Parende, harus datang langsung ke Bau-Bau haha.
Parende Mama Jana
Mambaka!



Warmly Welcoming of Mr Rusdi's Family
Setelah puas menyantap Ikan Parende yang super duper wueenaak tenan, kami pun melanjutkan perjalanan ke Buton. Jarak yang ditempuh dari Bau-Bau ke Kabupaten Buton tepatnya daerah Pasarwajo lumayan jauh, dapat ditempuh oleh motor atau mobil sekitar 1 jam. Sesampainya dirumah kak Andini, kami pun beristirahat untuk mempersiapkan diri untuk melakukan aktivitas di keesokan harinya. Honestly, I can’t wait for tomorrow! Haha


TO BE CONTINUE

6 komentar:

  1. Bagus sekali ya pengalamannya. Saya jadi tertarik mau ke Buton.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo ke Buton! Tidak akan pernah menyesal ketika mengingjakkan kaki di Buton:)

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Salam..sy dari malaysia..kalau boleh,saya mau tau bayaran utk bilik kelas 1,2 dan 3 itu berapa ya?terima kasih

    BalasHapus
  4. Salam..sy dari malaysia..kalau boleh,saya mau tau bayaran utk bilik kelas 1,2 dan 3 itu berapa ya?terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk kelas 1 sekitar 1jtn, kelas 2 800rbn, kelas 3 600rbn. Sekitar segituan kalo tidak salah, kurang tau untuk tahun 2017 ini naik atau tidak:)

      Hapus