Jumat, 01 April 2016

PART 2 : First day in Buton, Southeast Sulawesi Indonesia!

Pagi itu sangat cerah. Mungkin karena semalam tiba malam hari sehingga tidak sadar bahwa sepanjang jalan menuju rumah, bahkan di belakang rumah yang kini saya tempati adalah pantai! Woow beach every where haha!
Bukan pantai biasa. Pantai yang ditemui sepanjang jalan adalah pantai berpasir putih dengan air yang sangat jernih. Setiap kali disinari matahari maka akan terpantul cahaya dari pantai tersebut. So beautiful!
Masyarakat menyebutnya pantai Wajo, kebetulan pantai tersebut ada di daerah Pasarwajo. Jika sepanjang jalan adalah pantai yang berpasir putih, maka pantai yang berada di belakang rumah kami adalah pantai yang dihiasi oleh kerikil-kerikil koral yang tak kalah cantik. 


Pantai Wajo
(Inu bukan adegan pembunuhan berencanya ya, tapi itu Om Rusdi sedang mengajarkan Alif berenang :D)

Pantai Wajo

Disebelahnya, tak jauh dari pantai kerikil tadi ada sebuah pantai yang memiliki tanjung yang sangat dalam. Jangan salah, meski dalam tapi anak-anak tetap berani untuk berenang disekitar pantai tersebut.
Pantai Wajo
Meskipun dalam, tapi tetap berani masuk. Btw, ini di bibir pantai jadi ga usah khawatir tenggelam.

Ini pertama kalinya belajar snorkling bersama Ama Rusdi (Ayah) , Ina (Ibu), Alif, Dinda dan Kak Andini.
Are you Ready?Ternyata untuk sekedar snorkling ataupun diving tidak dibutuhkan keahlian berenang terlebih dahulu. Yang terpenting mampu mengatur nafas dengan baik di dalam air.

Selain itu, biasanya tanjung pantai ini menjadi spot yang paling digemari para pengunjung untuk diving. Terdapat Queen of Buton dibawah permukaan pantai ini, tepatnya di daerah tanjung tersebut.

Ini dia si Queen of Buton.
Atau masyarakat menyebutnya Ikan Mandarin. Ikan yang sering menjadi buruan setiap divers ketika berada di Buton. Ikan ini berada di kedalaman laut yang cukup dalam.

Nah seperti inilah kurang lebih pemandangan di bawah pantai yang saya gunakan untuk berlatih snorkling itu.
Ini sangat dalam loh guys!
Setelah berlatih snorkling Ama pun menyarankan ku untuk berdiam sejenak didalam gua ini untuk menghilangkan zat garam dari air pantai tadi.
Gua ini menyatu dengan pantai tetapi airnya tawar, sangat unik sekali!
-------------------
Ama (yang berarti ayah dalam bahasa Wolio) membangunkan ku pagi sekali untuk melihat keindahan sunrise dipantai dekat rumah. Aku pun bersemangat untuk melihat keindahan Buton di pagi hari. Saking bersemangatnya sampe lupa mandi haha.

Sunrise pertama di Buton!
So beautiful!!!
Menatap matahari di pagi hari bersama kak Andini, Dinda dan Alif.

Welcome to Buton!
Nanas menjadi salah satu ikon Buton.

Buton memiliki ikon yang sama dengan tempat kelahiran saya yaitu Subang. Jika di Buton nanas dijadikan sebagai simbol dari masyarakat Buton itu sendiri. Duri yang ada diluar permukaan buah nanas melambangkan bahwa masyarakat Buton memiliki kekuasaan. Buah nanas adalah buah yang manis rasanya, meskipun luarnya berduri tetapi dalamnya sangatlah manis dan lezat. Itu berarti, meskipun masyarakat Buton memiliki kekuasaan, tetapi hatinya baik dan suka menolong. Itu telah saya buktikan sendiri!:)
Selain itu nanas mampu hidup di daerah manapun, itu artinya dimanapun masyarakat Buton tinggal, mereka akan mudah beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat sekitar.

Dilanjut dengan berkebun di Hamota (kebun) bersama Ina

Setelah hunting sunrise, berkebun, dan berlatih snorkling, aku dan kak Andini pun lalu diberikan tugas untuk mencari bahan makanan di Pasar Sabho. Pasar Sabho merupakan pasar tradisional yang paling dekat dari rumah. Rata-rata pedagang di pasar tersebut menjual ikan, (yaiyalah namanya juga nelayan wkwk :D)
Pasar Sabho


Kami membeli Ikan Lambora. Rp.20.000 saja sudah dapat banyak, besar-besar pula :D

WAJE.
Makanan tradisional Buton terbuat dari Ketan Hitam.


Tarajo.
Gorengan yang terbuat dari acang Hijau.
This is my favorite!!!

Setelah dirasa cukup, kami pun pulang dan langsung mengeksekusi ikan dan sayur-sayuran yang akan di masak.Ini pun menjadi pengalaman perdana bagiku belajar memasak, terutama masak ikan dan teman-temannya yang lain. Jangan kan masak ikan, masak nasi pun masih sering gagal hihihi.
Ayah kak Andini adalah sosok yang sangat disiplin dan bijaksana. Kami (kaum wanita) sangat dilarang sekali untuk bangun siang. Setelah bangun, kami pun di bagi tugas, ada yang mencuci piring, mencuci pakaian, memasak dan lain sebagainya. Setelah pekerjaan rumah selesai, barulah kami di perbolehkan untuk keluar rumah. Perjalanan ini pun menjadi semakin berkesan, karena aku dituntut untuk mengerjakan hal-hal yang jarang sekali aku lakukan.

---------------------------------------
Ketika senja hendak tenggelam, aku di ajak kak Andini untuk berenang di Kali Lakua atau disebut juga Kali Biru.Kenapa Kali Biru? Karena memang tembok-tembok yang menjadi benteng kolamnya berwarna biru. 
KALI LAKUA/KALI BIRU.
Terletak di dekat Pelabuhan Banabungi. Tempat ini bukan hanya untuk berenang, tetapi biasa menjadi tempat nongkrong masyarakat pasarwajo.
Saraba. Minuman favorite setiap pengunjung yang berada di Kali Lakua. Terdiri dari jahe dan susu.
Jika di Sunda mirip seperti Bajigur, tetapi ini lebih hangat dan maknyoss. Hehe
Setelah seharian bersenang-senang, saya pun memutuskan untuk tidur lebih awal. Keesokan harinya akan lebih menyenangkan! ;)

Kamis, 31 Maret 2016

PART 1 : GOES TO BUTON, SULAWESI TENGGARA INDONESIA

16 Januari 2016 untuk pertama kali nya aku melangkahkan kaki ku keluar pulau Jawa. Dengan menggunakan kapal KM TIDAR dari pelabuhan Tanjung Perak Surabaya menuju Bau-Bau Sulawesi Tenggara, Indonesia. Hal itu pun menjadi pengalaman perdana ku menyisir lautan lepas berhari-hari tanpa signal dan gadget tentunya. Ditemani oleh deburan ombak dan sekali-kali burung terbang melintasi kapal kami dengan bebas. Indah.
Perjalanan kali ini aku tidak sendiri, ditemani oleh teman, sabahat, sekaligus kaka bagiku ;Andini Claudia.Kami dipertemukan di Universitas yang sama, singkat cerita kami dekat dan liburan semester pun aku putuskan untuk mengunjungi tanah kelahiranya di Buton, Sulawesi Tenggara Indonesia. Tidak hanya Andini, perjalanan kami pun semakin berwarna saat kami bertemu dengan teman yang berasal dari BauBau. Tanpa direncanakan sebelumnya kami dipertemukan dengan Reza yang kebetulan menempuh pendidikan di Universitas yang sama dengan kami. Dan perjalanan pun menjadi lebih menyenangkan!
(Me, Andini and Reza)


Ini merupakan suasana di dalam Kapal KM TIDAR. Terdapat 6 dek dalam kapal ini.
Suasana kamar kelas III Kapal KM TIDAR.
Terdapat 3 kelas dalam kapal ini, terdiri dari kelas I, kelas II dan kelas III. Semakin kecil kelas yang kita pilih, maka semakin mahal pula biaya harus dikeluarkan. Tidak hanya kelas I,II & III, namun kapal ini juga memiliki kelas ekonomi untuk para penumpang yang memilih untuk  menghemat biaya perjalanan.
Ini merupakan suasana kelas ekonomi, dimana penumpang diberikan ruang bebas dengan kasur-kasur yang berjejer yang tidak tertutup seperti kamar yang berkelas. Tidak sedikit pula penumpang yang memilih tidur di depan kantor informasi ataupun dek-dek yang kosong dengan beralaskan tikar yang mereka bawa ataupun yang mereka beli saat di atas kapal.
Anyway, foto ini diambil pada saat pengambilan makan malam dan kita harus bersabar untuk antri bersama penumpang  ekonomi lainnya. Berbeda dengan penumpang kelas I, II ataupun kelas III dimana mereka disediakan ruangan makan yang lebih nyaman tentunya. Ditambah dengan adanya kebebasan untuk memilih menu yang mereka inginkan dan porsinya pun lebih banyak dari penumpang kelas ekonomi. Sedangkan kami, penumpang ekonomi sudah di paketkan dan satu orang hanya boleh mengambil satu makanan dengan memperlihatkan tiket kapal. 
Akan tetapi ada hal yang menarik dari perjalan saya kali ini. Jujur, modal yang saya miliki pada saat itu hanya Rp.200.000. Dimana untuk membeli tiket kelas ekonomi pun tidak cukup. Kebetulan sebelum keberangkatan, kampus menyelenggarakan penyeleksian untuk mudik promosi. Dimana ada kebijakan berupa bantuan sejumlah uang untuk mahasiswa yang hendak pulang kampung dengan catatan mempromosikan UMY di tempat tinggalnya tersebut. Dengan mengikuti penyeleksian berkas, singkat cerita berkas yang saya ajukan lolos. Maka uang tersebut saya gunakan untuk menambah biaya pembelian tiket kapal. Meskipun modal nekat dan bismillah maka berangkatlah saya dengan tiket ekonomi ditangan.
Ternyata keberuntungan tetap memihak saya pada saat itu. Meskipun saya hanya memiliki tiket ekonomi, tapi saya bisa tidur nyenyak di kamar kelas III. Dimana ada strategi politik yang saya dan Andini lakukan untuk tetap tinggal dengan nyaman haha.

Setelah satu hari satu malam kami di atas kapal, ditemani oleh bintang-bintang dan angin yang bertiup kencang setiap malam. Maka tibalah kami di pelabuhan makasar untuk menaikan barang-barang maupun penumpang yang hendak berangkat ke daerah Timur. Pada saat itu tepat pukul 3 pagi kami bersandar di Pelabuhan Makassar, dan hal itu sangat kami manfaatkan untuk mencoba makanan khas Makassar yaitu Coto Makassar yang begitu nikmat dan sayang  untuk dilewatkan.
(Suasana Pelabuhan Makasar. Btw, that's our ship KM TIDAR)



Coto Makassar (So delicious!!1)





Setelah 2 jam bersandar, maka kapal pun melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan BauBau. Tepat dua hari setelah itu, tepatnya tanggal 19 Januari 2016 pukul 20.00 WIT kami tiba di pelabuhan Bau-Bau dan langsung disambut oleh keluarga kak Andini yang super super ramah, baik dan seru haha. Kami pun langsung diajak ketempat makan yang paling mahal dan terkenal seantero Bau-Bau dengan makanan yang paling khas dan enak tentunya, yaitu Ikan Parende. Sejenis ikan berkuah dengan cita rasa yang khas dan hanya bisa ditemukan di Bau-Bau, Sulawesi Tenggara. Jadi buat temen-temen yang mau coba Parende, harus datang langsung ke Bau-Bau haha.
Parende Mama Jana
Mambaka!



Warmly Welcoming of Mr Rusdi's Family
Setelah puas menyantap Ikan Parende yang super duper wueenaak tenan, kami pun melanjutkan perjalanan ke Buton. Jarak yang ditempuh dari Bau-Bau ke Kabupaten Buton tepatnya daerah Pasarwajo lumayan jauh, dapat ditempuh oleh motor atau mobil sekitar 1 jam. Sesampainya dirumah kak Andini, kami pun beristirahat untuk mempersiapkan diri untuk melakukan aktivitas di keesokan harinya. Honestly, I can’t wait for tomorrow! Haha


TO BE CONTINUE

Minggu, 28 Juni 2015

Here we areee!! Season 'Ngabuburit'


Marhaban Ya Ramadhan. . .

All praise to Allah, He give chance for me face with the holy month, full of barokah ;Ramadhan..

As always in this month Indonesian people have culture like spending time before breakfasting, named 'NGABUBURIT'. Take a walk, read Al-qur'an, cooking and etc ; all activities of Ngabuburit.
I believe all of you ever do that, right? :D
And.. me also! Haha

Do you know guys? What am I doing before breakfasting?
Comonly I teach my students of Golden English Course on Monday - Friday every afternoon. It's about four o'clock.
It's not about learn, and learn and learn. Sometimes we are playing games, or talk a walk, and having fun with english!

Are you curios with our activities on Ngabuburit? :>
Here we areeeeee !!

We are read Al-qur'an together
 
Playing in the field
Wulan and 2 handsome boys Hilmi & Atul
Sunset


 LET'S GO!!
 
 
HAPPY FASTING GUYS!
SEE YOU NEXT TIME ^_^
 
 
 


Minggu, 01 Maret 2015

Maret : Awal Pergerakkan

Bissmillah..

17 Februari 2015 tepat dimana aku kembali setelah 6 bulan terakhir kuhabiskan untuk memperlajari Bahasa Inggris di Pare (read : Kampung Inggris) Kab.Kediri Jawa Timur. Setelah puas melepas rindu dengan keluarga dan sahabat. Hambar rasanya jika ilmu yang telah ku dapat dari sana tidak ku gunakan sebagaimana mestinya. Mengingat masih banyak waktu yang ku miliki sebelum aku memulai kuliah di tahun 2015 ini,Suddenly I've got idea to make english course in my village. Dengan meluruskan niat untuk membantu mereka yang ingin bisa menguasai bahasa Internasional, bermodalkan niat dan semangat meski ilmu masih se umur jagung.Finally, ide gila itu pun dibuat!

Tidak kurang dari 1 minggu aku sudah selesai membuat mind map seperti metode yang dipakai,buku panduan, cara pengajaran, jadwal dan tempat pembelajaran; semuanya sudah disiapkan dengan sangat matang. Then, the first I'm going to do is taught students from elementary school.

 28 Februari 2015 pertama kalinya aku mensosialisasikan "GOLDEN" sebuah lembaga kursus yang ku buat sendiri dengan misi menjadikan siswa bisa berbicara bahasa Inggris dalam waktu singkat; Just 2 weeks ! Memang tidak mudah, namun tidak ada yang tidak mungkin. Seminimalnya mereka terbiasa mengucapkan bahasa asing itu dan terbiasa membacanya.

 SDN Purwadadi 1 dimana Ibuku mengajar ; menjadi sekolah dasar pertama yang aku datangi untuk mensosialisasikan program yang akan aku ajarkan ; Vocabulary and Speaking.

Metode yang membuat siswa berperan aktif 85% dikelas and more practice than theory, aku yakin mereka akan terbiasa dengan bahasa Inggris, automatically they can speak English!

1 Maret 2015 aku mulai membuka pendaftaran di SDN Purwadadi 1 dan berdasarkan kesepakatan siswa yang meminta ku untuk mengubah tempat les (tadinya dirumah jadi di SD) aku menyepakati. Orang tua murid berdatangan menanyakan metode dan cara pengajaran, serta merta aku menjelaskan dengan sangat meyakinkan. Mereka pun menjadi bersemangat untuk mendaftarkan anak-anaknya belajar bahasa Inggris dengan caraku. 

I couldn't be happier ! Bagaimana tidak, ketika para orang tua itu mempercayaiku. Sungguh penghargaan dan kebahagiaan yang tak ternilai meskipun dengan uang dinnar sekalipun. Dan aku semakin bersemangat untuk mengajarkan mereka dengan penuh kesungguhan dan dedikasi yang penuh. I must be champion for my students, give the best of my ability for them. I believe I can do it!

On the other hand, Aku sudah memiliki beberapa planning untuk bulan ini dan kedepannya.I do wanna make the english course buat para warga secara cuma-cuma.Hanya ingin menjadikan Ilmu yang ku miliki menjadi bermanfaat untuk orang lain. I hope all of my concern runs well. 

Always remember this "You can do anything anyone else can do, only you can do it better" -movie-